Kota Coklat, Pulau Cocoa, akhirnya Kelompok Luffy dan Pudding sama-sama mengetahui kebenarannya. Pudding tahu kalau tamu yang memakan kafenya adalah Luffy si Topi Jerami, kapten dari calon mempelai prianya, dan sebaliknya Luffy tahu kalau Pudding adalah calon istri Sanji.
Kedua belah pihak sama-sama terkejut. "Apa!?"
"Jadi kau bukan hanya anaknya Big Mom... Tapi kau juga yang akan dinikahkan dengan Sanji!? Kau si Pudding itu!?" jerit Luffy kaget, disusul dengan tatapan syok Nami, Pedro, dan Brook.
Brook bahkan ikut menjerit. "Lelaki itu beruntung sekali!! Gadis ini akan jadi istri yang begitu mengagumkan aaaagh!!"
Carrot dan Chopper masih sibuk makan tempat. Literally makan tempat.
Pudding memperlihatkan tampang yang tak kalah syok. "Jadi kalian adalah... Teman-temannya Sanji!? Mustahil!! Tapi, kalau diingat-ingat lagi, aku pernah melihat wajahmu sebelumnya!! Kau adalah Luffy si Topi Jerami!!" jeritnya.
Pudding menempelkan kedua telapak tangannya di atas meja. "Kelompok kalian bukan bagian dari kru di bawah Big Mom, kan!? Bagaimana bisa kalian melewati inspeksi Tarte!?"
Pudding sangat bingung. "Dan kenapa kalian bisa ada di sini!? M-Mereka akan membunuh kalian kalau sampai mereka tahu!! Kalian sudah masuk ke wilayah kekuasaan Mama, tahu!! Dan Mama itu sangat menyeramkan!! Ah.. Ah!! Benar!! Kalian juga sama-sama bajak laut yang menyeramkan!!"
Mata Carrot sampai berputar-putar, panik, ketakutan, ia bahkan menodongkan pisau ke arah Luffy dan yang lainnya.
"Tahan!! Tenanglah, kami tidak bermaksud menyakitimu!" ucap Nami, berusaha untuk menenanangkan Pudding, tapi kemudian Pedro malah meraih pisau Pudding, lalu mengancamnya dengan pedang.
"Luffy, apa yang harus kulakukan pada wanita ini?" Pedro menunggu perintah.
"Kau tak dengar kata-kataku barusan ya, Pedro!?" jerit Nami. Mereka datang ke sana bukan untuk mencari ribut.
Pada akhirnya, setelah semuanya dijelaskan secara baik-baik, Pudding bisa mengerti. Mereka akhirnya duduk-duduk tenang sambil menikmati secangkir teh.
"Ah.. Jadi begitu ya.. Kalian semua datang kemari untuk membawa Sanji kembali. Kurasa ini juga bukan pernikahan yang didasari atas rasa suka sama suka. Mama itu orangnya keras kepala, kau tahu... Semua anak-anaknya tahu kalau niatnya hanya untuk meningkatkan kekuatan krunya dengan memanfaatkan pernikahan kami. Sejak dulu, kami telah kehilangan kebebasan kami untuk memilih pasangan sendiri..."
"Kenapa kau tidak kabur saja?"
"Salah seorang kakakku pergi meninggalkan rumah untuk menemukan cintanya sendiri, perjalanan untuk mencari seorang suami.."
Nami jadi ingat seseorang.
"Ngomong-ngomong, sebenarnya aku sudah penasaran sejak lama," Brook bertanya, "Kami diberitahu kalau kau adalah putri ke-35 Keluarga Charlotte, apa Big Mom benar-benar memiliki 35 orang putri!?"
"Sebenarnya, dia memiliki 39 putri dan 46 putra, jadi totalnya kami 85 bersaudara!" ucap Pudding. "Ayah kami ada di mana-mana, Mama memiliki 43 orang suami. Jadi totalnya keluarga kami beranggotakan 129 orang."
Pudding mengatakannya dengan tampang biasa-biasa saja, seolah itu sesuatu yang biasa.
"129!?" Luffy dan yang lainnya menjerit syok.
"Beberapa kakak laki-laki dan perempuanku bahkan sudah memiliki anak, jadi sebenarnya masih ada lagi di luar sana yang memiliki darah Mama. Pondasi dari Bajak Laut Big Mom benar-benar dibuat dari keluarga kami, keluarga sungguhan!"
"Benar-benar..." ucap Brook kaget, "Big Mom!!"
Big Mom, ibu yang besar.
"Ngomong-ngomong, apau kau sudah pernah bertemu Sanji?" tanya Chopper, masih sambil menggigiti meja.
"Y-Ya... Cuma sekali!" ucap Pudding malu-malu. Wajahnya memerah. Pudding kemudian tampak berbunga-bunga. "Alisnya sedikit keriting... Tapi dia sangat baik, benar-benar lelaki yang sopan..."
"Matanya berbentuk seperti hati, tapi... Dia sangat tahu soal bagaimana membuat masakan manis! Dia bahkan sempat mengajariku beberapa. Kami memiliki hobi yang sama... Ya ampun... Kudengar kakinya hitam atau semacamnya dan dia sangat kuat, jadi aku yakin dia pasti bisa melindungiku.."
"Begitukah!? Hahaha!!!" Luffy malah tertawa.
"Untuk kau tahu saja, hanya karena dia disebut Si Kaki Hitam bukan berarti kakinya hitam.." ucap Chopper.
"Sanji memang sangat keren!!" ucap Luffy lagi.
"Mungkinkah... Kau sudah jatuh cinta dengan Sanji??"
"C-C-Cinta!?" wajah Pudding makin memerah. "Maksudmu... Aku... Maksudku... Aku tidak... Bagaimanapun perintah Mama itu mutlak. Karena menikah dengannya itu wajib, aku..."
"Kita harus mengikat dan menyumpal mulut wanita ini.." ucap Pedro. "Kalau tidak dia akan membocorkan kedatangan kita. Kalau sampai mereka tahu kita ada di pulau ini, yang merupakan jalan masuk ke seluruh daerah kekuasaan Big Mom, kalian tak mungkin bisa menemui Sanji..."
"Bagaimana bisa kau bicara sekejam itu, Pedro!?" ucap Nami.
"Lalu bagaimana lagi caranya untuk memastikan dia akan tetap tutup mulut!? Jangan lupa kalau wanita ini adalah putri Big Mom!" ucap Pedro.
"Umm, benar juga sih, tapi... Pudding juga takut dengan orang tuanya, kau tahu!!"
"Itu malah menambah alasannya!!"
Pudding terdiam sejenak, kemudian.. Ia menggambar sesuatu di atas kertas. "Aku... Aku masih bisa melupakannya! Tentang Sanji..."
"Semua orang di Totland akan ikut merayakan pernikahanku, kelihatannya Keluarga Vinsmoke juga... dan Mama sangat antusias dengan kue pernikahannya. Aku tak bisa menolak perintah Mama, jadi... Mustahil aku bisa menikahi seseorang yang kumau, tapi... Bahkan sejak kecil, aku selalu bertanya-tanya pria seperti apa yang akan dijodohkan denganku nanti?"
"Kemudian datangah Sanji..." Pudding bercerita sambil memejamkan matanya, membayangkan pertemuannya dengan Sanji waktu itu. Di sebuah taman bunga, Sanji membawakannya karangan bunga.
"Dia begitu tampan, kupikir dialah lelaki yang muncul dari mimpiku... Tapi kenyataannya, dia mengatakan sesuatu padaku..." Pudding mengusap matanya sambil tersenyum dan mengatakan kalimat yang dikatakan oleh Sanji waktu itu, "Aku sangat ingin menikahimu, tapi aku tak bisa. Aku harus kembali pada teman-temanku."
Luffy dan yang lainnya kembali dibuat syok untuk kesekian kalinya.
"Jadi kau mau bilang..."
"Kalau Sanji menolak seorang perempuan!?"
"T-Tapi... Aku paham maksudnya... Dia ingin terus melanjutkan petualangannya.
.. Kan..." Luffy begitu terharu dengan tekad salah satu krunya itu.
"Dan sekarang, setelah aku sadar kalau tujuannya bukan keinginan sepihak, harapan yang bodoh, dan setelah melihat kalian semua datang ke Totland, mempertaruhkan nyawa hanya untuk membawanya kembali... Yah, apa pun yang diperintahkan oleh Mama, aku tak bisa membayangkan menghabiskan hidupku dengan seseorang yang akan sangat menyesalinya.. Aku tak akan pernah bisa mencuri Sanji dari kalian. Ini..."
Pudding telah selesai menggambar dan kemudian memperlihatkan hasilnya pada Luffy dan yang lainnya. Sebuah peta.
"Ikutilah rute ini, ini hanya diketahui oleh kami anak-anak Big Mom. Satu-atunya jalan melewati daerah kekuasaan Mama yang mungkin akan membawa kalian ke sana tanpa terdeteksi.."
"Jadi Sanji ada di mana?" Luffy tampak begitu bersemangat. Pudding menunjuk pulau yang digambarnya paling besar, Pulau Whole Cake.
"Mama tak akan pernah membiarkan Sanji pergi, besok, mari kita bertemu di sisi selatan Pantai Pulau Whole Cake! Aku berjanji... Aku akan membawa Sanji pada kalian!"
"Apa kau yakin!? Bukankah Big Mom akan menghukummu!?" ucap Nami.
"Aku tetaplah putrinya, tak perlu menghawatirkanku. Seharusnya kalianlah yang menghawatirkan diri kalian sendiri. Kalian akan masuk ke dalam wilayah kekuasaan musuh. Tapi aku yakin ikatan yang kuat di antara kalian akan mempertemukan kalian kembali.. Yah, meski aku tetap sedih saat dia menolakku. Tapi siapa tahu... Mungkin saja jodoh berikutnya yang ditawarkan oleh Mama lebih baik lagi.."
Pudding hanya bisa berharap.
Brook sampai menangis terharu, "Uuh, benar-benar gadis yang dewasa!! Apa kau benar-benar putri seorang Yonko!?"
Saat itulah, seseorang tiba-tiba saja mengetuk pintu. "Nona Pudding!! Kami datang untuk menjemputmu." yang berdiri di depan pintu adalah seorang pria berpakaian prajurit kue.
Oh iya, ngomong-ngomong, Luffy dan yang lainnya saat ini berada di kediaman Pudding yang terletak tepat di sebelah kafe yang sebelumnya dimakan olehnya.
"Mulai saat ini sampai hari pernikahan Anda, sebaiknya Anda mengurangi pekerjaan dulu..."
"T-Tapi, aku masih ada tamu.." ucap Pudding.
Pudding membukakan pintu, dan sementara ia bicara dengan prajurit itu, Luffy dan teman-temannya sudah menyusup keluar lewat pintu belakang.
Dari tempat Pudding, Luffy dkk pergi ke sebuah pedagang. Sebelum ke sana, Nami sudah memesan barang-barang yang mereka perlukan di sana.
"Ah, kalian yang tadi ya..." ucap pemilik tempat itu. "Aku sudah mengumpulkan barang-barang yang kalian perlukan, aku menaruh semuanya di sebelah sana. Gunakanlah sesuka kalian. Tapi apa kalian yakin kalian akan baik-baik saja dengan semua barang itu?"
"Terima kasih, ya, kami akan baik-baik saja.." ucap Nami.
Luffy dan teman-temannya pun mengangkut barang-barang itu, yang kelihatannya sebagian besar adalah bahan makanan. Di sepanjang jalan, Luffy melihat aneka jajanan.
"Burger Coklat!?"
"Sudah-sudah, Pekoms sedang menunggu kita..." Nami menyeret Luffy.
"T-Tapi... Burger Coklat... Tolong belikan aku satu... Nami..."
"Pasta Coklat..."
"Kita sudah punya banyak makanan!!"
"Ayam goreng coklat..."
Pada akhirnya mereka kembali ke Thousand Sunny. Tapi, Pekoms sudah tak ada lagi di kapal itu. Tak ada siapa pun di kapal itu selain mereka.
"Eh!? Pekoms?"
"Bukankah seharusnya dia menunggu kita di sini?"
"Ini aneh..."
"Mungkin dia sedang buang air, coba cek kamar mandi..."
"Teman-teman!! Aku menemukan surat di kamar mandi!!" teriak Chopper. Chopper membawa surat yang kelihatannya ditulis menggunakan kuku di atas kertas, surat yang berbunyi, "Kembalilah!!"
"Apa Pekoms yang menulisnya!?"
"Memangnya siapa lagi!?"
"Apa ada yang menyusup ke kapal ini!?"
"Mungkinkah Pekoms diculik?"
"Sepertinya ini berarti kita sudah ketahuan..."
"Ini masalah serius!!"
"Kembalilah itu mungkin maksudnya kalau kita tidak kembali, sesuatu yang buruk akan terjadi pada kita.." ucap Brook.
"Ya, kurasa begitu..."
"Yosh, semuanya! Jangan sampai kalian melupakan surat ini! Kita akan terus maju!!" Luffy malah bersemangat. "Semuanya jadi semakin menarik!!"
Dunia Baru, Pulau Brokoli...
Seorang prajurit tampak kelelahan, menangis sambil membawa pistol setelah negerinya dikalahkan. "Haah... Istriku!! Anak-anakku!! Negeriku!! Kalian pasti Germa, kan!? Kalian bahkan bukan manusia!!"
Pria itu menembakkan senjatanya, menargetkan pria beralis keriting yang berdiri tak jauh darinya.
"Tembok.." ucap pria beralis keriting, lalu seketika salah satu prajurit Germa 66 berdiri di belakangnya dan menahan tembakan itu dengan tubuhnya sendiri. Seorang prajurit yang rela mati untuk melindungi pria berjubah nomor 1.
Lalu sekejap, pria berjubah nomor 1 itu tampak sudah berada di hadapan prajurit tadi, mengambil pistolnya dan balik menodongnya. "Aku sudah menghabiskan lebih dari empat jam, membuang-buang waktuku di sini... Kau mau membuatku telat menghadiri pernikahan adikku, hah? Aku tak peduli dengan keluargamu... Atau perangmu.."
Bang!!
Perang pun berakhir,
Pria itu menghubungi seseorang lewat Denden Mushi. "Sudah berakhir! Aku tak percaya perang-perangan sampah ini berlangsung lebih dari dua tahun..."
"Bagaimana dengan bayaran kita?"
"Sudah kuterima..."
Di sisi lain, pria berjubah nomor 2 pergi sambil membawa koper besar, diikuti prajuritnya yang juga membawa koper-koper yang kelihatannya berisi bayaran untuk mereka.
"T-Terima kasih..." ucap seorang pria tua gemuk di belakang mereka. Pihak penyewa. Ia berterima kasih sambil bersujud dan berlinang air mata.
"Negeri kami selamat... Apa kami telah mendapat bantuan dari Iblis itu sendiri? Bukan... Ini adalah bantuan dewa!! Perang akhirnya berakhir!!"
"Hidup Germa 66!!!"
Orang-orang di pihak penyewa bersorak untuk kemenangan mereka, kemenangan yang akhirnya berhasil mereka raih dengan bantuan Germa 66.
Pria nomor 1 dan 2 tadi kemudian bertemu di puncak salah satu gedung, di atas kota yang terus mengagung-agungkan nama mereka.
"Pestanya akan diadakan tiga hari lagi..." ucap seseorang dari Denden Mushi.
"Harusnya kita bisa sampai ke Whole Cake Island dalam dua hari.. Bagaimana dengan Sanji?"
"Dia sudah ada di sini."
"Oh? Sepertinya akan menyenangkan... Aku sudah tak sabar untuk menemuinya."
"Pembohong.." ucap pria nomor 2.
"Sampai jumpa dua hari lagi."